Karena efek samping obat, seorang gadis kecil di AS mengalami gangguan yang membuat hampir seluruh kulitnya melepuh. Dia juga harus kehilangan penglihatan karenanya. Sepuluh tahun kemudian, gadis tersebut dan keluarganya akan dihadiahi uang sekitar Rp 1 triliun.
Uang tersebut bukan diberikan secara cuma-cuma. Lewat proses pengadilan yang gigih, gadis bernama Samantha Reckis ini akhirnya mendapat kompensasi yang entah bisa dibilang layak atau tidak sebagai ganti rugi musibah yang menimpanya sewaktu kecil.
Kisah ini bermula ketika Samantha yang ketika itu berusia 7 tahun mengalami demam. Oleh orang tuanya, dia diberi obat ibuprofen bernama Children’s Motrin yang diproduksi oleh Johnson & Johson. Bukannya sembuh, Samantha malah mengalami efek samping yang mengerikan. Ia menjadi buta dan 90 persen kulitnya terkelupas.
Ternyata efek samping ini merupakan reaksi alergi parah terhadap obat seperti barbiturat, penisilin, dan sulfonamid yang menyebabkan lapisan atas kulit terlepas dari lapisan kulit di bawahnya. Sebanyak 40 persen orang yang mengalami gangguan ini meninggal karena komplikasi infeksi.
Untungnya Samantha masih bisa terselamatkan nyawanya lewat operasi yang dijalani sebanyak 19 kali di tahun 2003, saat musibah itu terjadi. Tidak terima dengan apa yang menimpa buah hatinya, keluarga Reckiss pun menuntut produsen obat, Johnson & Johnson.
“Ini rasanya seperti kulit terbakar dari tubuh. Bayangkan jika Anda terbakar sinar matahari lalu dikalikan 1.000, kondisi yang benar-benar menghancurkan,” kata Henry Bradley, pengacara keluarga Reckiss seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (14/2/2013).
Lewat proses pengadilan di Plymouth, juri memutuskan Samantha mendapat kompensasi sebesar US$ 50 juta atau sekitar Rp 483 miliar dan kedua orang tuanya masing-masing mendapat US$ 6,5 juta atau sekitar Rp 62,8 miliar. Jumlah ini bisa bertambah jika pengadilan berpihak kepada Samantha.
Hakim akhirnya memutuskan bahwa Johnson & Johnson harus membayar ganti rugi dengan total sebesar US$ 109 juta atau sekitar Rp 1 triliun, termasuk bunga. Walau menyayangkan musibah yang menimpa Samantha, juru bicara Johnson & Johnson mengaku akan melakukan banding.
“Keluarga Reckis telah mengalami tragedi, dan kami sangat bersimpati dengan mereka. Sejumlah obat-obatan, termasuk ibuprofen, telah dikaitkan dengan reaksi alergi, dan seperti yang tercantum pada label, konsumen harus berhenti menggunakan obat-obatan dan segera menghubungi seorang profesional kesehatan jika memiliki reaksi alergi,” kata juru bicara perusahaan.
Sumber :
Detik